Rabu, 08 Juni 2011

YUSMARIANIE

 ge di MTQ
 FOTO DI PELABUHAN

MENJELASKAN

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Didalam mengajar dibutuhkan seorang guru yang benar-benar profesional, yang mana seorang guru tidak hanya dituntut untuk bisa mengajar saja, dan juga menguasai kelas, namun jauh dari itu seorang guru harus memiliki ilmu pengetahuan dan skill yang banyak, sehingga dapat menyampaikan ilmu yang diajarkannya kepada peserta didik.
Banyak kita temuai terkadang seorang guru hanya asal-asalan saja didalam mengajar, dan tidak mempunyai keterampilan, namun tetap saja mengajar sehingga hasilnya tidak maksimal, oleh karena itu perlu keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang guru.
Ada banyak sekali keterampilan didalam mengajar, namun pada pembahasan ini saya akan menguraikan tentang keterampilan Menjelaskan yang harus dikuasai oleh guru didalam mendidik anak-anaknya agar lebih termotivasi didalam belajar.

B.    RUMUSAN MASALAH
          Adapun yang menjadi rumusan masalah didalam pembahasan makalah ini adalah :
1.      Apa Pengertian Keterampilan Menjelaskan ?
2.      Bagaimana Hakekat keterampilan menjelaskan ?
3.      Apa tujuan, manfaat, dan pentingnya keterampilan menjelaskan?
4.      Komponen Keterampilan Menjelaskan ?
5.      Prinsip-prinsip menjelaskan ?






BAB II

PEMBAHASAN

KETERAMPILAN MENJELASKAN

A.  PENGERTIAN MENJELASKAN
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu menjadi jelas. Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara sitematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lainnya. [1]
Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diinformasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi.[2] Dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui apakah materi yang dijelaskan telah dipahami oleh siswa atau membuat menjadi jelas bagi siswa, tentu saja untuk meyakinkan tidak cukup hanya dengan kemampuan siswa mengungkapkan kembali secara lisan konsep-konsep atau yang bersifat teori saja. Akan tetapi bagaimana siswa itu mampu menghubungkan antara teori yang baru diketahui dengan yang sudah diketahui, mengkaji sebab akibat menghubungkan antara teori dan praktek, atau dalil-dalil dengan contoh pemecahannya.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, menjelaskan merupakan tindakan yang banyak dilakukan, terutama oleh guru. Apabila seorang guru menjelaskan, artinya guru tersebut memberikan informasi sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami apa yang diinformasikan oleh guru.[3]
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hokum-hukum yang berlaku.[4]
Menjelaskan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dikuasai oleh calon guru. Hal ini mengingat inti dari pekerjaan guru adalah berkomunikasi dengan siswa. Pada kenyataannya kebanyakan siswa belum terbiasa belajar secara mandiri dan mampu memahami yang dipelajarinya secara lebih baik. Disamping itu tidak sedikit para siswa dihadapkan pada keterbatasan sumber belajar, terutama buku-buku yang dimilikinya. Dengan demikian kemampuan menjelaskan berbagai konsep dan topik secara tepat sehingga dapat dipahami oleh siswa.[5]
Dari beberapa pengertian menjelaskan menurut pendapat para ahli diatas, dapat penulis simpulkan bahwa “Menjelaskan merupakan tindakan yang banyak dilakukan terutama oleh guru dimana guru memberikan informasi sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami apa yang diinformasikan oleh guru.”
Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang penting dalam perbuatan guru. Beberapa alasan mengapa hal ini sangat perlu yaitu:
a.       Pada Umumnya Interaksi komunikasi lisan di dalam kelas di dominasi oleh guru
b.      Sebagian besar kegiatan guru adalah memberikan informasi. Oleh karena itu efektivitas pembicaraan perlu ditingkatkan
c.       Penjelasan yang diberikan oleh guru sering tidak jelas
d.      Tidak semua siswa dapat menggali sendiri informasi yang diperoleh
e.       Sumber informasi yang diperoleh siswa sering terbatas
f.       Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dengan memberikan penjelasan.[6]
B.    HAKEKAT KETERAMPILAN MENJELASKAN
              Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung kadang-kadang secara spontan ada siswa mengacungkan tangan dan berkata, maaf pak, atau bu, saya belum mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh bapak/ ibu. Tolong ibu menjelaskan lagi kepada kami.
               Dari situ kita bisa menangkap bahwa pesan yang kita ajarkan belum sepenuhnya bisa dimengerti dan dipahami oleh siswa. Walaupun sudah bisa diterima namun mungkin masih samar-samar diterima oleh siswa, sehingga menuntut guru untuk mengulangi menjelaskannya. Kalau begitu                        secara sederhana dapat dikatakan bahwa keterampilan menjelaskan adalah upaya untuk memperjelas atau membuat sesuatu menjadi lebih jelas.
                     
C. TUJUAN, DAN MANFAAT KETERAMPILAN MENJELASKAN
Tujuan Keterampilan menjelaskan adalah :
1.      Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas terhadap suatu yang dipelajari
2.      Untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum, dalil dan unsur-unsur yang tekait dengan sesuatu yang dijelaskan secara objektif dan bernalar.
3.      Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas dalam memecahkan masalah melalui penerapan cara berfikir secara kritis, analitis, logis, dan sistematis.
4.      Untuk membantu memenuhi rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu permasalahan yang dihadapi
5.      Untuk mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahaman terhadap sesuatu yang dijelaskan.
Manfaat metode menjelaskan akan diperoleh terutama dalam hal :
a.           Meningkatkan efektivitas penjelasan atau pembicaraan yang dilakukan, sehingga guru dapat memilih bentuk dan jenis penjelasan yang dapat memperjelas permasalahan dan memiliki makna bagi pembelajaran.
b.          Memproyeksikan tingkat pemahaman yang telah dimiliki siswa melalui penjelasan yang telah dilakukan.
c.           Memfasilitasi siswa memanfaatkan sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi
d.          Memecahkan kekurangan sumber pembelajaran yang dimiliki siswa.
Manfaat lain dari kegiatan menjelaskan yaitu :
-          Dapat Membimbing siswa untuk memahami dengan jelas, juga pertanyaan mengapa, yang mereka ajukan atau dikemukakan oleh guru
-          Dapat menolong  siswa untuk memahami dan mendapatkan hokum, dalil-dalil prinsip ilmu dengan contoh sehari-hari secara objektif dan bernalar.
-          Dapat melibatkan murid secara aktif ikut berfikir
-          Dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar
-          Dapat memperluas bagi anak untuk menguasai materi yang dipelajari.[7]
Pentingnya keterampilan menjelaskan
a.       Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Untuk menanggulangi hal tersebut guru membantu mereka dengan menjelaskan hal-hal yang diperlukan
b.      Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi siswa, tetapi jelas bagi guru itu sendiri. Dalam hal ini kemampuan mengenal  tingkat pemahaman siwa amat penting dalam menyajikan suatu penjelasan.
c.       Kebiasaan yang masih sering dilakukan dalam pembelajaran di kita yaitu guru cendrung lebih mendominasi kelas, dan sebagian besar kegiatan guru adalah memberikan informasi lisan atau menjelaskan, makan sangatlah penting bagi setiap guru untuk meningkatkan efektivitas pembicaraan sehingga benar-benar dapat memberikan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
d.       Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan tujuan yang ingin dicapai.[8]
          Unsur-unsur keterampilan menjelaskan
Ada dua hal pokok yaitu pertama : keterampilan merencanakan penjelasan,  dan yang kedua : keterampilan menyajikan penjelasan itu sendiri. Suatu rencana menggambarkan apa yang akan dilaksanakan, sedangkan pelaksanaan merupakan refleksi dari apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu dua unsur pokok dalam keterampilan menjelaskan yaitu perencanaan, dan pelaksanaan saling mempengaruhi dan menentukan dalam keterampilan menjelaskan, oleh karena itu guru dituntut untuk memahami kedua hal tersebut.
a.  Ketrampilan Merencanakan Penjelasan
1. Merencanakan materi  yang akan dijelaskan, materi yang akan dijelaskan harus memenuhi atau mempertimbangkan  segi :
-              Validitas  isi, yaitu materi yang diajarkan sudah teruji kebenarannya
-              Kelayakan isi, yaitu terutama dilihat dari tingkat kesulitan dan kemudahan isi/ materi yang akan disampaikan
-              Menganalisis masalah yang terdapat dalam materi
-              Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur  yang berkaitan seperti perbedaan, pertentangan, saling menunjang dan lain sebagainya
-              Menelaah hokum, rumus, dalil-dalil prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan untuk memperjelas bahan atau materi, serta kemungkinan penerapan dalil tersebut dalam situasi yang berbeda.
2.      Merencanakan saluran alat media yang akan digunakan didalam menjelaskan.
3.      Menganalisis karakteristik siswa sebagai sasaran penerima pesan yang akan dijelaskan.


b.  Keterampilan melaksanakan Penjelasan
1. Kejelasan.
                    Jelas atau tidaknya materi yang akan dijelaskan banyak tergantung pada tingkat kejelasan dari penyampaian pesan. Unsur yang akan memperjelas penyampaian pesan atau materi antara lain ; kepasihan berbicara, penggunaan bahasa yang baik dan benar, susunan kalimat, penggunaan istilah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa yang dimiliki oleh siswa, dan unsur-unsur lain yang terkait dengan bahasa lain
2. Contoh dan ilustrasi
Contoh dan ilustrasi yang tepat harus digunakan untuk menunjang penjelasan yang disampaikan kepada siswa. Pada setiap siswa ada kemampuan untuk mempertautkan antara satu bahasan yang satu dengan bahasan yang lain diluar pembelajaran.[9]
3  Penekanan
Pemberian penekanan kadang-kadang diperlukan dengan maksud untuk memperjelas pemahaman siswa. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran secara panjang lebar, kadang –kadang  keterkaitan dengan substansi  materi hanya sedikit dan masih membingungkan bagi siswa. Dalam hal ini pemberian penekanan sangat diperlukan untuk memfokuskan pemahaman siswa terhadap pokok-pokok materi yang dijelaskan.
4.   Balikan
 Melalui penyampaian pertanyaan kepada siswa, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan kembali pokok-pokok materi, memperhatikan ekspresi siswa, melakukan unjuk rasa maupun bentuk-bentuk kegiatan lain yang sejenis, dapat dijadikan alternatif untuk mengecek tingkat pemahaman siswa.



D.  KOMPONEN KETERAMPILAN MENJELASKAN
       Komponen menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1.      Merencanakan materi penjelasan yang mencakup :
a. menganalisis masalah,
b. menentukan hubungan, serta
c. menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
2.      Menyajikan penjelasan, yang mencakup :
a.       kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan,
b.      penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif atau deduktif,
c.       pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar, dan membuat struktur sajian, dan
d.      balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik siswa yang diberi penjelasan serta materi/ masalah yang dijelaskan.[10]

E.  PRINSIP-PRINSIP MENJELASKAN
a.       Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung kepada keperluan
b.      Penjelasan dapat diselingi Tanya jawab
c.       Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran
d.      Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru
e.       Memberi penjelasan harus bermakna bagi siswa
f.       Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa. [11]

  Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.[12]
  Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan, penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif atau deduktif, pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar, dan membuat struktur sajian, dan balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.
Selain hal-hal di atas, terdapat dua pola yang memiliki efektivitas tinggi dalam menghubungkan contoh dan dalil,  yaitu:
•     Pola induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus).
•     Pola deduktif, yaitu hukum, rumus atau generalisasi dikemuka-kan lebih dahulu, kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hukum, rumus atau generalisasi yang telah dikemukakan.








BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas ditarik kesimpulan bahwa  Penjelasan adalah Penyampaian pesan agar mudah dimengerti oleh orang lain.  Dalam penggunaan dalil dan contoh ini, ada kata-kata khusus yang biasa digunakan sebagai kata-kata penghu-bung dan ungkapan-ungkapan khusus. Untuk mengaitkan ide utama dan yang kurang penting digunakan kata-kata: jika.. .maka, walaupun begitu, sehingga, sementara itu, dalam pada itu, juga, karena, sebab, dan sebagainya. Untuk menghubungkan ide-ide yang sama penting-nya, digunakan kata-kata, seperti sementara itu, dalam pada itu, juga, selanjutnya, hanya, oleh karena itu, jadi, atau akibatnya. Dengan isti-lah-istilah tersebut, guru tidak hanya memperjelas penyajian, tetapi sekaligus menekankan keterkaitan atau menunjukkan hubungan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi yang dijelaskan. Dalam pada itu perlu ada variasi dalam memberikan tekanan, perlu pula membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang memberikan arah atau tujuan utama sajian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
o     Memberikan ikhtisar dan pengulangan.
o     Menguraikan atau mengatakan dengan kalimat lain tentang jawaban yang diberikan peserta didik.
o     Memberikan tanda atau isyarat lisan, seperti pertama, kedua, dan sebagainya.
B.   SARAN
Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memper-hatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan berilah kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Udin S Winata Putra, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.
Goerge Brown, Pengajaran Mikro: Program ketrampilan mengajar, Surabaya: Erlangga University Press, 1991
http://massofa.wordpress.com/2008/01/11/ketrampilan-menjelaskan-dan-ertanya/ (diakses 13 April 2010- Pukul 11.35 WIB).
JJ. Hasibuan, Dip. Ed, dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008.
Kunandar, 2007, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Modul 10-Modul 21, Micro Teaching,
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm.
Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal.













[1]Udin S Winata Putra, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hal. 7.60.
[2]JJ. Hasibuan, Dip. Ed, dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 70.
[3](http://massofa.wordpress.com/2008/01/11/ketrampilan-menjelaskan-dan-ertanya/ (diakses 13 April 2010- Pukul 11.35 WIB).
[4]E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional  (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 80.
[5]Ibid., hlm. 156.
[6]JJ. Hasibuan, Op.cit., hal.70.
[7]Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 109.
[8]Goerge Brown, Pengajaran Mikro: Program ketrampilan mengajar, (Surabaya: Erlangga University Press, 1991), hal. 42.
[9]Kunandar, 2007, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 30.
[10]Modul 10-Modul 21, Micro Teaching, hal. 5
[11]JJ. Hasibuan, op.cit., hal. 71.
[12]Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal. 52.

Keterampilan Variasi


KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

A.  PENGERTIAN
Jika berbicara mengenai pendidikan tentu tidak mungkin akan terpisah dari proses belajar mengajar. Didalamnya dilakukan suatu proses yang kompleks dimana yang satu dengan yang lain saling berhubungan, pembelajaran juga harus dilakukan dengan menyenangkan sehingga belajar maupun mengajar dapat dilaksanakan dan tujuan pembelajaran pun dapat tersampaikan secara efektif dan efisien.
Belajar adalah proses perubahan prilaku[1]. Sedangkan mengajar adalah suatu sistem yang kompleks dan integratif dari sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan kepada seseorang. Mengajar dikatakan sistem yang kompleks karena dalam mengajar guru tidak hanya sekedar memberi informasi secara lisan kepada siswa akan tetapi dalam mengajar guru harus dapat menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa dapat aktif dalam mengikuti pelajaran, sehingga guru harus dapat melibatkan beberapa komponen dan kompetensi interaksi belajar-mengajar.
Oleh sebab itu untuk dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, dan menyenangkan maka diperlukan berbagai keterampilan dalam mengajar. Salah satu keterampilannya adalah Keterampilan Mengadakan Variasi.
Menurut Mulyasa, Keterampilan mengadakan variasi adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan[2]. Pemberian variasi dalam interaksi belajar-mengajar dapat diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu ke yang lain, dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pengajaran yang diberikan guru[3].
 Sedangkan pendapat lain menyebutkan “menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif” [4].
Jadi, keterampilan mengadakan variasi adalah suatu keterampilan yang digunakan oleh seorang guru untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam proses belajar-mengajar agar selama pembelajaran berlangsung siswa tidak merasa bosan atau jenuh melainkan siswa dapat berperan aktif didalamnya. Atau keanekaan yang membuat pembelajaran tidak monoton.
Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk [5]:
1.    Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar,
2.    Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu,
3.    Mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru,
4.    Melayani gaya belajar siswa yang beranekaragam,
5.    Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Selain tujuan, pemberian variasi yang tepat dalam proses belajar-mengajar akan dapat memberi manfaat bagi siswa, yaitu[6] :
1.    Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan padanya,
2.    Dapat memberi kesempatan berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki dari siswa tentang hal-hal yang baru,
3.    Dapat memberi motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses belajar-mengajar,
4.    Dapat meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif (CBSA),
5.    Dapat menghindarkan kebosanan siswa dalam belajar,
6.    Dapat mendorong anak untuk mengadakan diskusi dengan temannya.

Dengan tujuan dan manfaat diatas, dapat dilihat betapa pentingnya keterampilan mengadakan variasi bagi seorang guru. Variasi dilakukan agar pembelajaran tidak monoton. Dengan variasi yang diadakan bukan saja siswanya memperoleh kepuasan belajar, tetapi guru pun akan memperoleh kepuasan dalam mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu melaksanakan keterampilan mengadakan variasi dalam pelajaran yang dikelolanya sehingga pembelajaran serta tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

B.  KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Pada dasarnya, variasi dalam dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni :
1.    Variasi dalam Gaya mengajar
Dalam proses belajar-mengajar tentu seorang guru tidak hanya terpaku dengan satu gaya mengajarnya, agar tidak terjadi kebosanan anak dalam belajar. Biasanya gaya mengajar seorang guru sering dikaitkan dengan kepribadian guru tersebut, sehingga sering terdengar diantara para siswa bahwa guru A selalu duduk ketika berbicara, guru B sering marah-marah, guru C suka bergurau, dan sebagainya.
Dalam memberikan variasi gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan cara variasi dalam suara, pemberian kesenyapan , variasi dalam gerakan badan dan mimik, variasi dalam pergantian posisi dalam kelas, dan variasi dalam pemberian penguatan.
a.   Variasi Suara (Teacher voice)
Suara guru dapat dikatakan merupakan faktor yang sangat penting didalam kelas, karena sebagian besar kegiatan di kelas akan bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan. Suara guru dalam mengajar hendaknya tidak selalu sama dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Harus ada variasi penekanan suaranya agar siswa dapat mengerti dengan penjelasan guru terutama pada point-point penting yang harus ditegaskan guru, dan agar siswa tidak merasa bosan dengan gaya suara yang tidak bervariasi.
Variasi dalam mengajar berupa : perubahan suara keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, memberi tekanan tertentu dengan suara lambat-lambat. Semua perubahan itu hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar siswa.

b.    Pemusatan Perhatian (Focusing)
Dalam mengajar, guru sering menginginkan agar siswa memperhatikan butir-butir penting yang sedang disampaikan. Pemusatan perhatian ini dapat dilakukan secara verbal, isyarat ataupun dengan menggunakan model.
Contohnya : Dalam pembelajaran guru membawa atau menggunakan media, dengan media yang digunakan tersebut maka secara tidak langsung siswa-siswa akan memperhatikan guru dan penasaran dengan media yang dibawa oleh guru tadi. Jika media digunakan oleh guru pada kegiatan inti maka selama kegiatan awal berlangsung siswa akan memperhatikan guru dengan seksama agar semua perintah-perintah tentang pembelajaran dapat dijalankan dengan baik dan tentu siswanya akan lebih aktif dan antusias dalam belajar. Selain itu, Juga dapat dengan berkata “Perhatikan ini baik-baik”, atau “Nah, ini penting Sekali”, atau “Perhatikan dengan baik ini sangat sukar dimengerti”.

c.    Kesenyapan (Teacher silence)
Dalam proses belajar-mengajar ada kalanya seorang guru perlu mengubah situasi menjadi senyap (diam) sejenak. Hal ini bertujuan untuk menarik/meminta perhatian siswa, sehingga dapat menambah semangat belajar siswa. Karena pada kenyataannya semakin lama siswa medengarkan ceramah guru maka perhatiannya terhadap pelajaran semakin berkurang/menurun. Untuk itu pada saat-saat tertentu hendaknya guru dapat melakukan kesenyapan sejenak agar siswa dapat berminat kembali dengan apa yang guru jelaskan. Diagram berikut ini menggambarkan perhatian siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.
A
                                                                     Ket : A = Tingkat perhatian
                                                                              B = Waktu










                                          Istirahat


                                                                                             B

Kesenyapan dapat pula dimunculkan ketika guru mengajukan pertanyaan dengan tujuan memberi waktu berpikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menunjuk siswa yang akan diminta menjawab pertanyaan tersebut.
Selain itu, ada kalanya kesenyapan dilakukan bila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu kesegmen yang lain. Hal ini dilakukan tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk mengendapkan pelajaran yang baru saja dilaksanakan/diperoleh sebelum pindah kesegmen berikutnya.
                                                                                               
d.    Mengadakan Kontak Pandang (Eye contant)
Dalam mengadakan proses belajar-mengajar terkadang seorang guru sering lupa atau malu untuk memandang siswa-siswanya secara langsung. Padahal hal ini sangat penting dilakukan oleh seorang guru agar guru tersebut dapat mengetahui situasi/suasana belajar siswa, apakah siswa-siswa ini sedang semangat belajar atau siswa-siswa ini sedang tidak memiliki minat untuk belajar Selain itu dengan memandang langsung guru dapat mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu kontak pandang harus dilakukan seorang guru pada siswanya selama pembelajaran berlangsung, agar adanya komunikasi dan interaksi dalam belajar.
Kontak pandang dengan seluruh siswa merupakan senjata ampuh bagi seorang guru dalam mengajar. Seperti ungkapan kuno mengatakan “sapalah semua siswa dengan pandanganmu“ dan ungkapan ini masih sangat menunjukkan keampuhannya sampai saat ini.

e.    Mimik dan Gerakan Badan
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif[7]. Menurut Sardiman gerakan yang baik adalah gerakan yang efektif dan efisien, artinya gerakan yang cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru[8]. Mimik dan gerakan badan guru hendaknya selalu mengalami variasi dalam proses belajar-mengajar karena disamping menarik perhatian siswa juga dapat diartikan sebagai maksud dari pesan-pesan tertentu. Dengan menggunakan mimik dan gerakan badan ini lebih efektif digunakan dari pada dengan menggunakan bahasa yang bertele-tele. Mimik dan gerakan badan harus dilakukan sesuai dengan pembawaan guru sendiri, tujuan yang ingin disampaikan, serta latar belakang sosial budaya didaerah masing-masing[9].
Mimik dan gerakan badan yang dapat divariasikan antara lain :
v  Ekspresi Wajah
è Dalam pembelajaran mimik/ekspresi wajah, seorang guru jangan melakukan ekspresi tersebut setengah-setengah atau terlalu over akting karena itu akan membuat bingung siswa-siswanya. Jadi ekspresi wajah ini harus dilakukan dengan yakin dan sungguh-sungguh, agar apa yang guru sampaikan dapat ditangkap maknanya oleh siswa. Perubahan pada ekspresi wajah yaitu seperti: tersenyum, menggerutkan kening, mengangkat alis, cemberut, dan tertawa untuk menunjukkan kagum, tercengang, atau heran[10].

v  Gerakan Kepala
è Dalam proses pembelajaran tentu seorang guru harus dapat memberikan gerakan-gerakan tertentu pada daerah kepala, seperti melakukan gerakan dengan menggeleng, mengangguk, tegak/mengangkat kepala, menunduk. Gerakan ini dilakukan untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya dan gerakan ini dilakukan agar ada variasi yang terjadi selama proses pembelajaran.

v  Gerakan Tangan
è  Gerakan tangan, juga termasuk variasi dalam gaya mengajar. Gerakan tangan sama fungsinya dengan yang lain yaitu untuk menegaskan suatu point-point penting dalam pembahasan yang diajarkan oleh guru. Selain itu gerakan tangan juga dapat digunakan untuk menunjukkan suatu pujian terhadap keberhasilan siswa. Gerakan tangan dapat berupa mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju untuk menegaskan, bertepuk tangan. Akan tetapi dalam menggunakan gerakan tangan guru harus berhati-hati agar apa yang digunakan tidak menyalahi aturan daerah setempat. Contohnya : Guru mengatakan bumi itu bulat sambil membuat gerakan dengan kedua tangan yang menggambarkan bentuk bulat.

v  Gerakan Badan Secara Keseluruhan
è  Gerakan badan secara keseluruhan merupakan suatu variasi dalam pembelajaran. Dimana sebaiknya sebagai seorang guru variasi ini dilakukan agar pembelajaran tidak monoton. Variasi gerakan badan secara keseluruhan berupa berdiri kaku, bersikap santai, gerak mendekati atau menjauhi. Contohnya : jika dalam mengajar tentu seorang guru tidak hanya duduk saja dibelakang meja, melainkan adakalanya berdiri dengan kaku/tegap didepan siswa-siswanya, kemudian adakalanya berdiri dengan cara yang santai dan adakalanya guru mendekati tempat duduk siswa.

f.     Perubahan Dalam Posisi Guru
Posisi guru ketika mengajar didalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Sehingga pergantian posisi guru diwaktu mengajar juga sangat perlu diadakan variasi. Kalau guru dalam mengajar dari awal hingga akhir hanya duduk-duduk saja maka siswa biasanya akan merasa bosan dengan penjelasan guru, sehingga dengan sendirinya minat belajar pun akan menurun. Dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak dapat terpacai dengan efektif dan efisien.
Demikian juga sebaliknya jika guru yang hanya menjelaskan dengan berdiri saja didepan kelas seperti orang khutbah jum’at, dari awal hingga akhir maka hal ini pun akan mendatangkan kebosanan belajar siswa. Untuk itu maka posisi guru selama pelaksanakan proses belajar-mengajar hendaknya dapat divariasikan agar siswa dapat lebih berantusias dalam mengikuti pelajaran.
Variasi dalam posisi guru didalam kelas dapat dilakukan dengan cara kebelakang, kekiri, kekanan, berdiri, duduk, mendekati siswa dan sebagainya. Semua variasi ini dilakukan dengan maksud-maksud tertentu yang disesuaikan dengan situasi pada waktu itu, dan hendaknya variasi ini dilakukan secara wajar tidak berlebihan.

2.    Variasi dalam Penggunaan media
Media pengajaran merupakan suatu faktor penting dalam pembelajaran. Konsep yang sukar dan membosankan untuk disimak menjadi menarik jika disajikan dengan menggunakan media dan alat yang tepat. Pergantian pengunaan jenis media yang satu kepada jenis media yang lain mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap anak mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat indera. Ada yang termasuk tipe visual, auditif, dan motorik. Penggunaan alat yang multimedia dan relevan dengan tujuan pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama. Media pengajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu didengar, dilihat dan diraba.
a.    Variasi media yang dapat dilihat
Penggunaan media yang dapat dilihat merupakan variasi yang kaya dan dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Variasi media pengajaran yang tergolong dalam kelompok ini sangat beragam, seperti gambar-gambar, diagram, grafik, papan bulletin, slide, ukiran, peta, yang semuanya dapat dipakai guru sesuai dengan topik yang sedang dibahas, karakteristik siswa, tujuan pengajaran, ketersediaan media tersebut, serta yang tak kalah pentingnya, kemampuan guru dalam menggunakannya.

b.    Variasi media yang dapat didengar
Pada umumnya, media pengajaran yang dapat didengar dapat mendominasi kelas. Oleh karena itu, suara guru harus cukup mampu manarik perhatian siswa. Guru harus mampu memvariasikan suaranya, dari tinggi kerendah, besar kekecil, sedih kegembira, keras kelembut, atau dari cepat kelambat. Guru dapat pula menggunakan berbagai variasi media yang dapat didengar seperti rekaman suara binatang, pidato, atau suara tokoh-tokoh terkemuka.
Variasi dapat pula dibuat dengan meminta siswa membacakan puisi atau wacana tertentu dan bahkan dapat mengundang nara sumber untuk berbicara didepan kelas.

c.    Variasi media yang dapat diraba dan dimanipulasi
Media pembelajaran bukan saja dapat dilihat dan didengar, melainkan juga dapat diraba atau dimanipulasi. Yang tergolong kedalam media yang dapat diraba dan dimanipulasi ini antara lain : model, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan, atau alat-alat laboratorium. Penggunaan alat yang termasuk kedalam jenis ini akan dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara perseorangan ataupun secara kelompok. Penggunaan alat secara tepat akan dapat menumbuhkan dan memelihara minat siswa dalam belajar, agar kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif.

3.    Variasi dalam Pola interaksi dan kegiatan siswa
Dalam proses belajar-mengajar kadangkala pihak guru lebih mendominasi selama pembelajaran berlangsung, dan terkadang pula malah pihak siswa yang hanya belajar sendiri tanpa dikontrol oleh guru. Hal ini tentu tidak akan menjalin komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Dimana masing-masing pihak tidak bisa melakukan interaksi dengan baik. Jika hal itu terjadi maka tujuan pembelajaran pun tidak akan tercapai.
Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi dapat digambarkan sebagai berikut[11] :
a.    Pola Guru - Siswa
             G                          Komunikasi sebagai aksi (satu arah), guru sebagai teacher center, dan siswa hanya menerima pelajaran tersebut.
        S           S       S


b.   Pola guru – Siswa - Guru
                       G                      Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi)                                

      S                S             S

c.   Pola guru – Siswa – Siswa
                        G                     Ada balikan bagi guru dari siswa-siswanya, kemudian diantara siswa saling belajar satu sama lain.
         S           S           S   

d.   Pola guru – siswa, Siswa – guru, Siswa – siswa
                       G                      Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi sebagai transaksi, multiarah).
S                                    S
      
       S                    S

e.   Pola melingkar
                       G                      Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
              S       S      S

Jika dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan menjadi 4, yaitu[12] :
a.    Kegiatan klasikal
1      Mendengarkan informasi dan Tanya jawab/diskusi secara klasikal,
2)    Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaan,
3)    Menyeleksi tanyangan film, video, atau permainan peran, yang kemudian diikuti oleh diskusi atau tugas-tugas lain.

b.    Kegiatan kelompok kecil
1)    Mendiskusikan pemecahan suatu masalah,
2)    Menyelesaikan suatu proyek, misalnya laporan tentang suatu kegiatan,
3)    Melakukan suatu percobaan/observasi,
4)    Melakukan latihan suatu keterampilan.

c.    Kegiatan berpasangan
1)    Merundingkan jawaban pertanyaan yang diajukan secara klasikal,
2)    Latihan menggunakan media tertentu.

d.    Kegiatan perorangan
1)    Membaca atau menelaah suatu materi,
2)    Mengerjakan tugas-tugas individual, seperti mengerjakan soal-soal dari materi yang dipelajari,
3)    Melakukan observasi,
4)    Melakukan percobaan.

Dari contoh kegiatan siswa diatas, tentu dapat diperkaya sesuai dengan wawasan dan pengalaman masing-masing. Yang jelas, variasi pola interaksi dan kegiatan siswa sangat kaya dan beragam. Pola interaksi dapat diubah dari interaksi satu arah (guru kesiswa) keinteraksi dua arah sampai kesemua arah (siswa kesiswa-siswa keguru dan seterusnya), baik dengan pembelajaran yang klasikal, kelompok, berpasangan maupun individu.

C.  PRINSIP PENGGUNAAN
Agar variasi dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan sebagai berikut :
1.    Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, serta kemampuan guru menciptakan variasi tersebut.
2.    Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar.
3.    Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga tidak merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar.
4.    Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam satuan pelajaran atau RPP. Selain itu, perubahan komponen keterampilan tersebut dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono[13], prinsip-prinsip yang perlu dipahami adalah :
·         Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif,
·         Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat,
·         Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar tersruktur direncanakan sebelumnya,
·         Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan  siswa.













FORMAT KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

FORMAT MONITORING PELAKSANAAN
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI


NAMA                  :                                                  HARI/TANGGAL :  
BIDANG STUDI   :                                                  SEKOLAH           :                               
HARI/TANGGAL :                                                  SEMESTER         :                           

NO

Kegiatan Variasi pembelajaran
Nilai penggunaan variasi

1

2

3

4
1.  Variasi dalam gaya mengajar
a.     Suara
b.    Mimik dan gerak
c.     Kesenyapan
d.    Kontak pandang
e.     Perubahan posisi
f.     Memusatkan




2. Variasi penggunaan media pengajaran
a.     Variasi Visual
b.    Variasi aural
c.     Variasi yang dapat diraba dan dimanipulasi




3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
a. penggunaan pola interaksi






Ket :     1    =    kurang                                                     Pengamat,
            2    =    cukup
            3    =    baik
            4    =    sangat baik.                                         . . . . . . . . . . . . . .

 



       [1]J.T. Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Gunung Mulia, Jakarta1994) hal.16.
       [2]E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan pembelajaran Yang kreatif Dan Menyenangkan, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008) hal.78.
       [3]Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Usaha Nasional, Surabaya, 1993) hal.100.
       [4]J.j. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009) hal.64.
       [5]Udin S.Winataputra, Strategi Belajar-mengajar, (Universitas terbuka, Jakarta, 2002) hal.7.46.
       [6]Soetomo, Op. Cit. hal.101.
       [7] Udin S.Winataputra, Op. Cit.  hal.7.49.
       [8]Sardiman, Interaksi Dan Motivasi belajar-mengajar, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004) hal.201.
       [9]IGAK Wardani, Keterampilan Dasar Tutorial, (Universitas Terbuka, Jakarta, 1999), hal.3.
       [10]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,2009) hal.85.
       [11]Ibid., hal.87-88
       [12] Ibid., hal.7.50 - 7.51  
       [13] J.j. Hasibuan dan Moedjiono, Op. Cit., hal. 66